Sabtu, 10 September 2011

UN DAN PENDIDIKAN KARAKTER

Saat ini sekolah tengah sibuk dengan berbagai persiapan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2010/2011. UN sebenarnya adalah hal yang rutin diikuti setiap tahun oleh sekolah. Jadi, biasanya persiapannya juga tidak akan akan jauh berbeda. Hanya yang saat ini ada perubahan adalah berkaitan dengan mekanisme kelulusan siswa dimana kelulusan siswa 60% ditentukan oleh nilai Ujian Nasional (UN) dan 40% ditentukan oleh nilai Ujian Sekolah (US) dan nilai raport. Peserta didik dinyatakan lulus UN apabila nilai rata-rata mencapai paling rendah 5,5 dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0. Hal Itulah yang perlu disosialisasikan pihak sekolah kepada para siswa.
Adanya perubahan mekanisme kelulusan tersebut setidaknya menjadi jawaban dan upaya perbaikan yang dilakukan pemerintah terhadap berbagai kritik yang menyatakan UN walaupun menjadi salah satu syarat dan empat syarat kelulusan UN tetapi dapat memveto tiga syarat yang lain. Tiga syarat yang dimaksud antara lain; (1) menyelesaikan seluruh program pembelajaran, (2) memperoleh nilai baik pada pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. Dan (3) Lulus Ujian Sekolah.
Sekolah dan orang tua tentunya berharap siswa atau anaknya lulus UN. Dalam menghadapi UN, sekolah melakukan berbagai persiapan. Antara lain, melakukan pengayaan, jam belajar tambahan, bahkan do’a bersama (istigotsah). Dengan kata lain, selain persiapan teknis, sekolah pun menyiapkan mental siswanya. Selain itu, untuk menunjang persiapan UN di sekolah, sebagian orang tua memasukan anak-anaknya ke lembaga bimbingan belajar.
Walaupun berbagai persiapan telah dilakukan, tetap saja muncul kekhawatiran ada siswa yang tidak lulus. Masalahnya, kelulusan tidak bisa dipungkiri berkaitan dengan harga diri sekolah dan harga diri daerah sehingga substansi UN telah bergeser dari tujuan awalnya untuk kepentingan akademik menjadi kepentingan politis. Oleh karena itu, kita sering mendengar berbagai kecurangan dalam pelaksanaan UN. Dan karena mental yang tidak siap, kita sering juga mendengar ada siswa yang tidak lulus melakukan bunuh diri.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam perspektif pendidikan karakter, UN bisa dijadikan sarana untuk mendidik karakter siswa. Sedikitnya ada delapan nilai pendidikan karakter yang dapat ditanamkan kepada siswa antara lain; pertama, ulet dan sungguh-sungguh. Hasil yang baik akan ditentukan oleh sejauhmana keuletan seseorang dalam melakukannya. Jika dia melakukannya asal-asalan atau asal jadi, maka hasilnya juga pasti tidak akan optimal. Oleh karena itu, sifat ulet dan sungguh-sungguh sangat penting ditanamkan kepada siswa. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam melakukan suatu pekerjaan, seseorang kadang-kadang dihadapkan pada tantangan dan hambatan baik dari dalam diri maupun dari luar. Hambatan dari dalam diri misalnya rasa malas dan kurang motivasi, sedangkan hambatan dari luar misalnya lingkungan yang kurang mendukung dan kendala teknis lainnya.
Kedua, disiplin, kerja keras, dan menghargai waktu. Sebuah kesuksesan butuh kedisiplinan dan kerja keras. Tidak ada keberhasilan yang dicapai dengan berpangku tangan. Sukses tidak datang dengan sendirinya. Sukses butuh cucuran keringat dan pengorbanan. Orang yang suka bekerja keras akan sangat menghargai waktu. Dia tidak akan pernah menyia-nyiakan waktu, sebaliknya akan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya demi menghasilkan karya terbaiknya karena sebagaimana pepatah bijak, waktu ibarat pedang, jika tidak dimanfaatkan dengan baik, maka kita yang terperdaya oleh waktu. Sukses adalah hasil yang dicapai oleh orang-orang yang disiplin, bekerja keras dan menghargai waktu.
Ketiga, inisiatif dan kreatif. Seseorang yang ingin sukses tidak terlalu bergantung kepada arahan pihak lain. Dia akan memiliki inisiatif dan kreativitas. Dia merasakan sukses sebagai suatu kebutuhan bukan paksaan dari pihak lain. Begitupun siswa yang ingin sukses menghadapi UN, dia akan memiliki inisiatif dan kreativitas untuk mau belajar baik sendiri-sendiri maupun secara berkelompok. Hal ini yang tampaknya belum muncul di kalangan siswa karena pada umumnya siswa mau belajar jika dipaksa-paksa atau diawasi oleh guru.
Keempat, kerjasama. Disamping sebagai individu, manusia juga adalah makhluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain ketika menghadapi kesulitan. Oleh karena itu, manusia tidak bisa egois, harus mau hidup bermasyarakat, dan membangun solidaritas dengan sesamanya. Berkaitan dengan pelaksanaan UN, siswa mungkin saja menghadapi kesulitan ketika belajar sendiri, oleh karena itu dia perlu untuk meminta bantuan guru atau teman-temannya untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya. Sifat kerjasama akan menanamkan kepada siswa untuk mau saling membantu karena kesuksesan yang hakiki adalah ketika seseorang bisa bermanfaat bagi yang lainnya.
Kelima, tanggung jawab. Dalam persiapan UN, biasanya guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari buku-buku latihan soal UN. Buku tersebut selain digunakan untuk pengayaan di sekolah, juga diminta untuk dipelajari siswa di rumah. Oleh karena itu, siswa perlu untuk memiliki rasa tanggungjawab untuk mengerjakan soal-soal latihan tersebut. dan jika menghadapi kesulitan, bisa meminta bantuan guru atau teman-temannya.
Keenam, optimis dan percaya diri. Islam mengajarkan kita untuk selalu optimis dalam menghadapi masalah atau mengerjakan suatu tugas. Optimisme menjadi tenaga yang luar biasa bagi seseorang dalam mencapai kesuksesan. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya. Tidak dapat dipungkiri ketika menghadapi UN, muncul kekhawatiran tidak lulus. Dan ketika ada yang tidak lulus, siswa tidak siap mental sehingga muncul berita di media, ada siswa yang sampai bunuh diri karena malu dan tertekan tidak lulus UN. Sebuah pepatah arab mengatakan “wan jadda wajadda” yang artinya barang siapa bersungguh-sungguh maka dia akan mencapai apa yang dia inginkan, dan Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya mengingatkan tentang pentingnya niat karena segala pekerjaan tergantung kepada niatnya.
Ketujuh, jujur. Tidak dapat dipungkiri bahwa pelaksanaan UN selalu diwarnai oleh penyimpangan. Antara lain tersebarnya kunci jawaban di kalangan siswa walaupun kadang-kadang kunci jawaban palsu. Oleh karena itu, sifat jujur sangat penting untuk ditekankan kepada siswa. Jangan sampai untuk mengejar kelulusan, dia mengorbankan kejujuran. Prestasi yang dicapai dengan mengorbankan kejujuran tentunya akan tidak akan bermakna dan membanggakan, justru akan membohongi diri sendiri.
Kedelapan, tawakkal. Ketika semua usaha atau persiapan UN sudah dilaksanakan, maka kita tinggal berdo’a dan bertawakkal kepada Allah. Kita sebagai manusia hanya bertugas untuk mengoptimalkan ikhtiar, hasilnya kita serahkan kepada Allah. Semua usaha yang dilakukan akhirnya bermuara kepada takdir dan ridha Allah. Hanya, kita harus yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik kepada kita, dan Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak mau mengubah nasibnya.
Itulah delapan nilai pendidikan karakter yang dapat ditanamkan kepada siswa sebagai bahan untuk menyiapkan mental siswa menghadapi UN sehingga UN tidak dianggap sebagai beban tetapi sebagai jalan yang perlu ditempuh untuk menggapai kesuksesan. UN bukan hanya berkaitan dengan bagaimana siswa menjawab sejumlah soal tetapi juga berkaitan dengan mentalitas dan karakter siswa dalam menghadapi UN. Wallahu A’lam.

Penulis, Praktisi Pendidikan, Alumni STKIP Pasundan Cimahi.
(Tulisan ini dimuat di HU Galamedia, 14 April 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar